DENPASAR - Mencintai seorang anak adalah hal yang lumrah dilakukan oleh setiap orang tua di dunia ini, terlebih bagi ayahanda dan ibunda putri Intan Kinanti Angligan. Diceritakan kembali oleh I Gusti Putu Wahyudi Angligan selaku ayah dan juga founder dari IKA 'Foundation', bahwa kematian sang anak tahun 2020 (28) menjadikan inspirasi bagi terbentuknya IKA Foundation di tahun 2021.
Baca juga:
Cerita Rakyat Kecil di Balik Covid 19
|
Putri tercinta mereka meninggal pada 25 Maret 2021 karena sakit anemia gravis yang dideritanya.
*Yayasan Bhumi Bali Swari ikut hadiri perayaan IKA Foundation ke 2.
Anemia gravis merupakan kondisi yang lebih serius daripada anemia biasa. Seseorang dikatakan mengalami penyakit ini ketika kadar hemoglobinnya kurang dari 8 g/dL. Hal ini tentu sangat berbahaya, sehingga penderitanya membutuhkan transfusi darah.
IKA Foundation terbentuk tahun 2021 yang konsen terhadap pemenuhan hak wanita dan anak - anak. Kegiatan yang dilakukan IKA Foundation misalnya menjaga organ kewanitaan, memberikan penyuluhan pentingnya keluarga berencana sampai disksusi psikologi yang melibatkan parenting dalam mencegah stunting (gizi buruk).
Baca juga:
Pergilah Anakku, Busur T’lah Dilepas
|
Kegiatan yang unik juga dijelaskan oleh pendiri dari Yayasan IKA ini, yakni melepaskan tukik atau burung sebagai bagian daripada simbol pembebasan roh.
" Kita banyak memberikan sembako, bantuan pakaian layak pakai. Banyak juga berberikan edukasi terhadap bagaimana tentang mengasuh anak, karena wanita dan anak merupakan lambang dari kedamaian, " jelas Wahyudi Angligan, Sabtu (10/05/2023).
Lanjutnya tema di perayaan IKA Foundation yang ke - 2 ini adalah 'Voice Of Peace'.
" Saya berharap banyak orang yang memiliki hati seperti IKA (foundation) yang memberikan donasi, pikiran dan usaha - usaha bagi mereka yang membutuhkan secara luas lagi "
Kategori yang menadapatkan bantuan dari IKA Foundation adalah ibu dan anak yang mengalami sakit.
" Kita akan memberikan bantuan melalui kerjasama dengan para dokter bahkan ibu yang membutuhkan konsultasi secara psikologis, " pungkasnya.
Dalam acara tersebut dimeriahkan oleh band remaja, cheerleader, penyanyi yang mengalami keterbatasan fisik sampai dengan puisi yang menyentuh.
Yang unik saat itu adalah saat pelepasan burung merpati, ada salah satu burung merpati yang hinggap tidak mau terbang bebas seperti merpati yang lainnya, tetap berada di sisi foto dari almarhumah Intan Kinanti Angligan.
" Kami percaya bahwa roh dari Intan Kinanti ikut menyaksikan, merpati tidak pernah ingkar janji, " ungkap salah satu sahabat keluarga Angligan. (Ray)